![]() |
| Sri Mulyani |
indonesianewnet.blogspot.com Sedari pagi ada banyak teman yang mengirimkan link berita Sri Mulyani mempermalukan Presiden Jokowi. Beritanya tentu saja dari portal sapi. Awalnya saya diamkan, sebab portal sapi memang seperti itu. Namun saya kemudian menjadi tertarik menuliskan ini karena rajanya sapi juga ikut berisik. Dia ini sapi tapi suka makan tulang, saya tidak menyebutnya anjing ya, tetap sapi. Beliau ini memiliki otak sinting, sudah dikeluarkan dari PKS tapi masih menjadi pimpinan DPR. Nah sekarang kalian tau siapa yang saya maksud? Inisialnya Fachri Hamzah.
Pimpinan DPR independen yang tidak didukun partai ini berkoar bahwa Sri Mulyani menunjukkan kesalahan Jokowi. Data-data yang disuguhkan Fachri luar biasa memabukkan kaum sapi. Tapi sebelum membahas Fachri, baiknya saya jelaskan permasalahannya.
Menkeu Sri Mulyani memangkas anggaran sebesar 133 triliun. Pemangkasan ini mencakup anggaran belanja Rp 65 triliun di Kementerian/Lembaga (K/L) serta transfer ke daerah Rp 68,8 triliun.
Gara-gara kebijakan ini, Fachri dan sapi-sapinya kemudian menyimpulkan bahwa Presiden Jokowi bodoh dan salah urus negara. Bahasa dhewannya, target pajak selama ini tidak kredibel katanya.
Mungkin Fachri harus mulai makan nasi, jangan kebanyakan makan tulang, bahwa yang namanya target pajak selama ini tak pernah tercapai. Alasan tidak tercapainya target pajak bisa karena 2 hal. Pertama targetnya terlalu tinggi, kedua ekonomi negara sedang turun. Untuk Indonesia, alasan target tak tercapai selalu karena targetnya terlalu tinggi. Inilah kenapa sejak beberapa tahun lalu target pajak selalu meleset.
Pada 2014 meleset 90 triliun, 2013 meleset 79 triliun, 2012 meleset 37 triliun dan seterusnya. Target pajak pemerintah setiap tahunnya selalu naik. Penerimaan atau realisasinya pun pasti naik dari tahun sebelumnya.
Kalau Sapi Fachri menganggap target pajak di era Jokowi tidak kredibel dan Presiden salah urus negara, itu pasti karena Sapi Fahri kekurangan tulang. Saya tulis pasti ya, maaf, itu disengaja.
Saat penerimaan pajak tidak sesuai target, pilihannya hanya tiga. Pertama memangkas anggaran yang tidak perlu atau bahasa kerennya efisiensi, menaikkan rasio defisit anggaran dari 2,5% yang sudah diatur undang-undang atau yang terakhir menambah hutang negara.
Dari 3 pilihan tersebut, Sri Mulyani memilih memangkas anggaran dan merombak postur APBNP 2016. Kemudian muncullah angka pemangkasan 133 triliun tadi.
Hal ini tidak menunjukkan hal yang luar biasa, sebelumnya pun pernah terjadi. April 2016 lalu pemerintah juga memangkas anggaran sebesar 50 triliun.
Penghematan juga pernah dilakukan pada Juni 2016 terhadap kementerian BUMN, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 4/2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2016. Dari semula 345 miliar menjadi 249 miliar.
Oh iya jangan lupa soal pencabutan subsidi BBM sejak Jokowi baru dilantik 2014 lalu. Dalam APBN 2015, anggaran subsidi BBM adalah 276 triliun. Namun karena Jokowi menghapus subsidi BBM, maka hanya tersisa 60 triliun. Anggaran tersebut meliputi subsidi Solar sebesar Rp 17 triliun, elpiji 3 kg Rp 30 triliun, dan sisanya adalah untuk minyak tanah dan biofuel. Jadi Jokowi menghemat 216 triliun rupiah.
Tahun ini kita tidak lagi membahas BBM subsidi, karena sejak Jokowi jadi Presiden memang sudah tidak ada lagi pos anggaran subsidi.
Kalau sekarang ada sapi atau Fachri teriak-teriak negara salah urus, Jokowi tidak paham keuangan negara dan sebagainya, itu pasti karena mereka kebanyakan makan tulang.
Jokowi bukan orang baru di posisi eksekutif. Sejak di Solo, Jakarta sampai Presiden, beliau sudah paham betul soal penghematan, pemangkasan ataupun efisiensi. Jokowi menghemat 4,2 triliun hanya dengan mengurangi pembelian kertas dan tinta saat menjadi Gubernur Jakarta. Apalagi saat jadi Presiden, dari seminar sampai perjalanan dinas semuanya dipangkas. Bahkan Jokowi menolak mobil baru untuk kabinet kerja. Semua menterinya menggunakan mobil bekas era SBY. Padaha lelang sudah final oleh menteri SBY. Jadi kalau Fahri mau mengajari Jokowi berhemat atau tentang efisiensi, Fachri sama seperti mengajari ikan berenang.
Sri Mulyani ditunjuk Menkeu tentu saja keputusan yang sangat tepat. Presiden Jokowi mendapat kepercayaan dari seorang Sri Mulyani. Jika tidak percaya, mana mau dia balik ke Indonesia? Posisinya sudah nyaman sebagai direktur eksekutif Bank Dunia. Bukankah sebelumnya Sri Mulyani mengundurkan diri dari Menkeu SBY karena ingin bekerja di Bank Dunia? Dengan gengsi dan gaji fantastis, logikanya, mana mau beliau balik ke Indonesia kalau tidak karena alasan nyaman dan percaya pada Jokowi?
Menjadi lucu kalau kebijakan Sri Mulyani memangkas anggaran dinilai mempermalukan Jokowi. Padahal dari dulu Jokowi selalu memangkas anggaran. Jadi kalau sekarang Sri Mulyani berhasi memangkas banyak anggaran, itu sesuai dengan visi seorang Jokowi, hemat dan efisien. Beda kalau sebelumnya Jokowi tidak pernah pangkas anggaran, BBM tetap disubsidi, lalu Sri Mulyani datang pangkas anggaran, itu masuk akal kalau Menkeu baru tersebut mempermalukan Jokowi.
“Pemotongannya tidak memotong infrastruktur kalau yang sudah dikontrakkan tidak akan diganggu, jadi presiden sudah melihat banyak sekali ruang untuk efisiensi. Apakah itu biaya perjalanan dana operasional yang memang tidak prioritas, jadi tidak memotong hal yang memang sudah menjadi prioritas pemerintah seperti infrastruktur,” kata Sri Mulyani.
Artinya kalau sapi-sapi berkesimpulan pembangunan infrastrukrur tidak tepat sasaran, itupun jadi kesimpukan yang sapi, maksudnya salah. Pernyataan Sri Mulyani sekaligus mengkonfirmasi bahwa pemangkasan juga keinginan Presiden. Tugas Sri Mulyani sebagai Menkeu adalah memangkas sebanyak mungkin, yang penting tidak mengganggu pembangunan. Lalu kenapa Fachri menganggap Jokowi tidak tau mengurus negara? Perencanaan keuangan pemerintah buruk, menampar wajah Presiden? Masa masih nanya lagi. Fachri kebanyakan makan tulang. Kalau sapi-sapinya biarkan saja menggonggong, nanti juga tinggal tulang.
Sumber :seword.com

Emoticon Emoticon